Pengukuran Antropometri adalah salah satu keahlian ahli gizi, by Fauzi 'Arasj

Salah satu komptensi yang HARUS dimiliki oleh seorang ahli gizi adalah mampu dan mahir melaksanakan pemantauan status gizi, kompetensi ini didapatkan melalui serangkaian pertemuan, tidak kurang dari 16 tatap muka @ 100 menit plus praktikum @ 4 jam perkali-nya, sehingga mampu membuat seorang yang tadinya TIDAK TAHU menjadi TAHU dan MAHIR melaksanakan pemantauan status gizi alias PSG dalam mata kuliah yang namanya juga PSG. 
Kompetensi ini sangat berguna bagi ahli gizi dalam melaksanakan tugasnya di lapangan kelak ketika sudah bekerja. Salah satu keahlian yang diajarkan dalam MK PSG adalah Antropometri, yang digunakan dalam pengukuran status gizi individu sehingga dapat diketahui status gizinya, disamping diajarkan menggunakan analisa data hasil pengukuran secara manual, mereka juga dilatih untuk mahir menggunakan alat bantu komputer yang dibuat untuk itu oleh WHO, dikenal dengan nama WHO-anthro 2005, dan tidak banyak yang bisa menguasai kemampuan ini, dan lulusan gizi sangat mahir menggunakan program ini, sehingga dapat menentukan status gizi seseorang secara  sangat akurat, dan terhindar dari kesalahan, kecuali, ada yang merekayasa nya demi kepentingan pribadi..atau jabatan, subhanallah.

siteba, media akhir april 2011

Kompetensi ahli gizi dipertanyakan..!!!!

lulusan gizi tidak mempunyai kompetensi yang dibutuhkan oleh lapangan, demikianlah sebuah statemen yang dilontarkan oleh seorang kepala dinas kesehatan, setelah melihat kinerja lulusan gizi yang ada dilingkungannya. Timbul pertanyaan, kompetensi apa yang dilihat oleh sang kepala dinas tersebut sehingga memberikan warna kepada lulusan gizi dengan tidak mempunyai kompetensi..?? dan untuk membuktikan apakah benar  lulusan gizi tidak berkompeten dilapangan, maka pada saat berkesempatan menjadi pembimbinbg praktek kerja lapangan untuk calon ahli gizi disebuah kecamatan, dilakukan pengamatan secara serius tentang kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang ahli gizi, maka kesimpulannya, calon ahli gizi tersebut ternyata mempunyai kompetensi dibidangnya dengan kualifikasi yang boleh dibilang A lah kalau bukan akan mendapat kualifikasi nilai A plus, dan terlihat bahwa calon ahli gizi tersebut mempunyai kompetensi lain yang tinggi nilainya dalam membantu dia menyelesaikan tugas tugasnya kelak jika sudah bekerja, yang nota bene berada diluar arena kompetensi lulusan gizi. lantas, kok bisa ya...? namun, harus diambil positifnya (positiv thinking aja mennnnn), jika memang lulusan gizi tidak mempunyai kompetensi dilapangan, perlu dilakukan wawan muka dengan sang penilai tersebut, dan ditanyakan kepada beliau kompetensi apa yang dianggapnya kurang dan tidak dimiliki ahli gizi, dan dari situ baru dipilah pilah, dimana perlu kompetensinya ditukuak dan ditambah yang seharusnya dimiliki ahli gizi dilapangan. Jangan jangan, saking banyaknya kompetensi yang dimiliki ahli gizi sehingga menutupi kompetensi yang dimiliki lulusan lain yang setara, sehingga menimbulkan salah persepsi dan muncul kejadian seperti ini.

Padang, april 2011

dari lorong kampus baru siteba, by fauzi arasj

Konsep FINER untuk pengujian kelayakan sebuah masalah penelitian

Setiap bertemu mahasiswa yang berada di tahun tahun akhir, dimana sang mahasiswa sudah diharuskan untuk menulis karya akhir atau skripsi, maka  selalu saja yang jadi topik pembicaraan adalah " sulitnya mencari masalah penelitian.....? apa ya to..??? ndak kayak gitu deh rasanya....!!!.
Dulu..guru saya bilang...kenapa sdr pusing betul mencari masalah penelitian (sampai sekarang saya masih nggak sependapat dengan istilah masalah penelitian tersebut dan saya lebih seirng menggunalan istilah .." ide..yang akan ditulis), toh masalah itu sendiri ada disekitar saudara....????. Nah, hampir semua mahasiswa diberbagai strata selalu mengeluhkan..apa masalah penelitian nya..? apa ide nya..?. Padahal ide tersebut ada di sekitar pinggang, artinya ide penulisan tersebut ada disekitar kita sendiri, hanya saja kita tidak merasakan apa masalah yang ada disekitar kita yang akan ditulis itu, oleh sebab itu dibutuhkan sensitifitas yang tinggi untuk merasakan adanya masalah disekitar kita.
Didalam sebuah literatur yang penulis baca terlihat bahwa sebuah masalah atau kajian penelitian itu baru layak untuk dikatakan sebagai masalah jika telah memenuhi syarat. Widagdo sastro asmoro dalam bukunya mengatakan syarat tersebut adalah FINER, singkatan dari Feasibility, Interesting, Novel, Ethical dan Relevant.
  • Feasibility adalah kemampulaksanaan dari sebuah penelitian. Hal ini tidak bisa ditawar tawar lagi. Banyak kesenjangan yang terjadi (sering disebut dengan GAP) dan dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian, namun kadang kadang tidak semuanya bisa dilaksanakan, penghalangnya antara lain ketidak cukupan subyek penelitian, ketidak tersediaan dana, sarana, keahlian dan waktu yang cukup. Namun pada dasarnya semua kendala ini dapat diatasi, antara lain dengan memodifikasi disain, besar sampel, jenis pemeriksaan, dll. Pada akhirnya pertimbangan praktislah yang menentukan apakah suatu masalah dapat dijawab dengan penelitian
  • Interesting, atau menarik. Penelitian adalah kegiatan yang sangat menyita pikiran, tenaga , waktu dan biaya, sehingga akhirnya akan menimbulkan berbagai kendala dalam pelaksanaan penelitian, baik kendala yang sudah diantisipasi atau masalah yang timbul belakangan, yang semuanya akan dapat mengancam keberhasilan pelaksanaan penelitian. Disisi lain, peneliti dituntut harus JUJUR dan TAAT AZAS atas seluruh tahapan pelaksanaan penelitian, karena itu, penelitian yang akan dilaksanakan tersebut haruslah menarik dan peneliti betul betul tertarik dengan masalah yang diangkatnya sebagai subyek penelitian, bila tidak, maka ia akan cepat menyerah bila dihadapkan dengan berbagai kendala, atau yang paling tidak terpuji ia akan tidak taat azas pada rencana penelitiannya sendiri
  • Novel, ada temuan baru. Kondisi ini sering disangkutkan dengan ORISINALITAS penelitian, yaitu penelitian yang benar benar baru dilaksanakan, sedangkan yang mengulangi penelitian terdahulu disebut dengan replikatif, yang oleh sebagian kalangan dianggaap sebagai pemborosan waktu, tenaga dan dana. Namun tidak semua penelitian itu harus baru, bisa saja dilakukan penelitian untuk menguji ke-konsistensian hasil terdahulu, atau untuk menguji jika dilakukan penerapan pada waktu yang berbeda, atau ingin membuktikan adanya kekurangan dari metode, pelaksanaan, analisa, atau kesimpulan dari penelitian terdahulu. setiap temuan dari penelitian yang dilakukan kalau direnung renungkan secara cerdas sebenarnya adalah sebuah novel
  • Ethical atau etis. Setiap penelitian yang dilakukan menggunakan subyek manusia harus tidak bertentangan dengan etika, kesulitan mungkin timbul karena sulit membuat definisi tentang etika ini dengan tegas, seseorang boleh saja mengatakan bahwa penelitiannya tidak melanggar etika dan seseorang lain boleh boleh saja mengatakan penelitian itu melanggar etika, untuk itu, setiap penelitian yang menggunakan subyek manusia harus mendapat persetujuan dari Komisi etika medis dari  rumah sakit atau fakultas kedokteran, berkemungkinan atas saran komite etik ini usulan penelitian akan mengalami perubahan atau ditolak sama sekali
  • Relevant. Relevansi merupakan hal utama yang harus difikirkan oleh peneliti sebelum melaksanakan sebuah penelitian, dengan memprediksi hasil penelitiannya tersebut apakah masih relevan dengan kemajuan ilmu, atau kebijakan kesehatan atau sebagai petunjuk bagi peneliti berikutnya. sebaiknya setelah peneliti menemukan ide penulisan maka peneliti lebih konsentrasi pada pertanyaan penelitian yang urgen saja, menjawab satu atau dua pertanyaan penelitian secara mendalam, jauh lebih berarti dari pada menjawab banyak pertanyaan namun dipermukaan saja, ingat, makin banyak pertanyaan dalam satu penelitian akan membuat ruwetnya menyelesaikan penelitian tersebut, terutama dalam perhitungan besar sampel, disain, interpretasi uji statistik, metode, disamping penambahan biaya, waktu dan tenaga, kondisi ini cenderung dialami oleh peneliti muda.
Dengan memahami FINER ini maka sebagian kesulitan dalam pelaksanaan penelitian akan dapat dilalui, hal ini juga dialami oleh penulis dulu, diawal awal mulai dikenalkan dengan pelaksanaan penelitian. Semoga bermanfaat.

Sumber : Dasar dasar Metodologi Penelitian Klinis, oleh Soedigdo Sastro Asmoro dan Sofyan Ismael.